Tapi seperti biasa, semangat kuliah tidak pernah bertegur sapa dengan saya. Apalagi, kemarin kuliah baru berakhir pukul sembilan malam. Bosan? Jelas. Hal inilah yang menyebabkan saya rajin membawa notebook selama kuliah. Setidaknya, ada hal-hal yang masih bisa saya lakukan selain menguap dan berkali-kali mengecek berapa lama lagi kelas akan berakhir. Perilaku yang buruk memang, namun inilah saya. Suka atau tidak suka.
Kembali dengan tema "saya", selama kuliah jemari tak lepas dari keyboard. Ketak ketik alamat web, plus nanya-nanya mbah Google untuk berbagai hal yang notabene gak jelas. Mencoba merangkai kembali serpihan rencana perjalanan saya ke Langkawi yang dirundung malang lantaran dengan sukarela saya batalkan. Yups, another cancellation of my backpacking trip. Buka tutup website local and international airlines, sampai website untuk booking penginapan. Dan lagi-lagi hasilnya nil. Keputusan saya sudah bulat, lets say goodbye to Langkawi.
Beranjak dari ticketing dan putar-putar sejenak via social media, pilihan terakhir saya lagi-lagi jatuh pada Mbah Google. Yups, si Mbah yang satu ini memang jawara. Hampir semua pertanyaan yang ada di kepala kita, si Mbah sebisa mungkin memberikan jawabannya. Dan sejujurnya, ada yang mengganjal pikiran saya sejak terakhir kali melakukan perbincangan bodoh dengan salah seorang travelmate saya. Kemanakah tujuan backpacking saya selanjutnya?
Saya suka jalan-jalan. Titik. Tidak perduli kemanapun itu. Naik bus, kereta, sepeda, sepeda motor bahkan jalan kaki. Mau hiking, tracking, hoping, snorkeling bahkan diving (kalau saya bisa), semuanya saya suka. Serakah ya? Dan alhamdulillah, Sang Pencipta memberikan saya kesempatan dan kesehatan untuk melakukan hal-hal tersebut. Disisi lain saya sadar, suka itu harus diikuti dengan sebuah kemampuan. Mampu dalam hal financial dan kesehatan.
Secara financial, penghasilan saya insya Allah cukup untuk membiayai kebutuhan saya. Bahkan Tuhan sudah berbaik hati dengan mempercayakan saya kelebihan rejeki (baca: naik gaji) tahun ini. Namun, di saat seperti inilah saya menjadi seorang pengagum berat kedua orang tua saya. Petuah mereka sejak saya kecil tak ayal menjadi diorama nyata dalam kehidupan saya. Dilihat dari kacamata kehidupan, rejeki yang diberikan Tuhan untuk saya itu sudah disesuaikan dengan apa yang saya butuhkan. Karena Dia tidak akan membebani umatnya melebihi dari kemampuan mereka. Dan tahun ini, sekali lagi Tuhan memberikan amanah luar biasa untuk saya dan keluarga. Saya merasa Tuhan begitu mencintai saya, Tak jarang dia menyapa dan menegur dalam kurun waktu hampir 27 tahun saya numpang di Bumi-nya.
"Tuhan itu adil, rejeki, jodoh dan mati itu sesuatu yang pasti." - My parents
Amanah itu sejatinya memaksa saya menjadi dewasa. Mulanya berasa terpaksa, namun lambat laun saya sadar bahwa proses memjadi dewasa itu bisa berbeda pada tiap orang dan saya akan berusaha. Karenanya, tahun ini saya bertekad untuk mengurangi ke-addicted an saya akan jalan-jalan demi proses pembelajaran saya menjadi orang dewasa yang sesungguhnya selain itu tak ayal hari libur yang ada seringkali berbenturan dengan jadwal kuliah lengkap dengan jadwal ujiannya. Hal ini pulalah yang menyebabkan saya menolak beberapa ajakan kawan untuk ke Derawan, Lombok, Pulau Pari even Langkawi yang tiket nya sudah saya beli. Namun tetap saja, setelah perjalanan terakhir saya tahun ini ke Jepang, ingin rasanya kembali merencanakan sebuah perjalanan. Selain suka, jalan-jalan merupakan sebuah "patronus" tersendiri bagi saya untuk melewati hari-hari kerja saya selama beberapa tahun terakhir.
*patronus merupakan mantra sihir Harry Potter untuk menghalau dementor (para penjaga penjara Azkaban yang merenggut pikiran bahagia seseorang), agar mantra tersebut efektif, kita harus senantiasa menanamkan pikiran positif (hal-hal yang membahagiakan dalam otak kita - i thought its a simple method to be happy in this kind of life, isn't it?
Tujuan perjalanan sebenarnya bukan satu-satunya yang menjadi tujuan saya ketika jalan-jalan, karena tak sedikit saya terperangah dan tiba-tiba merasa "excited", senang, jatuh cinta dan bahagia tidak terkira dalam perjalanan saya ke tujuan tersebut. Bagaimana saya menikmati nasi plus telur ceplok di Krabi, Thailand, mencari tumpangan tengah malam di Pangandaran, Menatap landscape Jepang jauh dari metropolis, berkutat hampir 10 jam beramai-ramai dalam perjalanan ke Ujung Kulon, bahkan berjalan santai di pinggiran Jakarta selepas jam kerja. Yups, ada kebahagiaan yang menyeruak dalam setiap moment yang tidak kalah dengan tujuan perjalanan saya yang sesungguhnya. Sebagaimana quote dari salah satu film favourite saya "To travel is better than to arrive."
Dan kali ini yang kembali memenuhi pikiran saya, India. India yang padat, miskin dan kumuh. India yang konon masyarakatnya memiliki aroma tubuh khusus karena makanan yang mainly berbahan rempah. Tempat dimana sebuah kisah cinta menghasilkan satu dari 7 keajaiban dunia, Taj Mahal. India yang identik dengan tarian, bindi dan warna merah. Tak sedikit film favourite saya merupakan besutan sutradara negeri ini, sebut saja 3 Idiots, Kal Ho Na Ho hingga Kuch-Kuch Hota hai. Namun, lepas dari semuanya sejak tahun lalu saya sudah ingin ke India. Namun ya itu, itu masih sebuah wacana. Baru nanya Mbah Google, intip sana intip sini via blog walking sampai saya menemukan hal-hal menarik di bawah ini.
a) Door-less houses at Shani Singnapor, India
Sesuai namanya, di India terdapat sebuah desa yakni Shani Singnapor dimana semua bangunan nya didirikan tanpa pintu (Door-Less). Bahkan, sebuah bank di tempat ini di buat tanpa kunci (lock-less). Yang membuat saya tercengang adalah fakta bahwa tak pernah ada pencurian dan tindak kejahatan, masyarakat percaya hal ini merupakan karunia Tuhan. Dan foolish me, i fall for this place!!! dan bertekad akan melakukan research lebih jauh tentang tempat ini.
![]() |
Door-Less Houses - http://www.thrillophilia.com/blog/best-of-india-travel-51-offbeat-destinations/ |
Sempat di bilang gila, Andy, pecinta vespa asal Jogja ini mewujudkan keinginannya untuk touring dari Jogja ke Italia dengan menggunakan vespa yang sudah berusia 51 tahun (produk 1961). Bukan cuman isapan jempol, awal June 2012 lalu Andy bertolak dari Jogja di lepas Walikota dan Sri Sultan Hamengku Buwono dan 19 June lalu, Andy dikabarkan sudah berada di Kuala Lumpur. Untuk melakukan perjalanan ini, Andy sudah mengantongi beberapa visa negara tujuan lengkap dengan ijin melintas batas negara dengan kendaraan pribadi. Menarik bukan? Mungkin bisa di coba starting dengan touring lintas kota and provinsi di negara sendiri ^^
c) Travelling- religi
Topik yang satu ini sebenarnya merupakan salah satu hasrat terpendam saya yang menyeruak sejak awal tahun ini. Bukan umroh loh ya, untuk alasan yang sudah pernah saya tulis di blog ini sebelumnya. Sebuah modus perjalanan sekaligus napak tilas history of moslem religion di Indonesia khususnya di Tanah Jawa, sebut saja Wali Songo. Dulu, jaman saya masih bernaung di bawah sebuah Taman Pendidikan Alqur'an (TPA), seringkali kami melakukan travelling ke wali songo hanya saja sebatas para wali yang dikebumikan di ranah Jawa Timur (5 wali saja), sedangkan ke empat wali yang lain saya belum berkesempatan mengunjunginya. Keinginan tersebut membuncah manakala salah seorang teman saya menceritakan perjalanan singkat nya menuju keempat wali tersebut di sela-sela liburan lebaran kemarin. Dan sepertinya, ini merupakan tujuan paling "possible" dalam waktu dekat ini.
Yups, kembali bersemangat untuk jalan-jalan (say no to kuliah..hahahah)
No comments:
Post a Comment