Jakarta-Japan Matsuri. Apaan sey?
Siapapun yang punya ketertarikan terhadap sebuah negeri berlabel Nippon aka Jepang, pasti familiar dengan apa yang disebut matsuri. Yups, matsuri merupakan semacam perayaan aka festival. Nah apa hubungannya dengan Jakarta?
Secara historical, Jepang tak ayal sempat menjajah Indonesia selama kurang lebih 3,5 tahun menjelang kemerdekaan Republik Indonesia di tahun 1945. Meski sudah merdeka selama kurang lebih 67 tahun, Indonesia masih jauh dari kata merdeka. Pendidikan, kebudayaan, politik terlebih lagi ekonomi, negara ini masih banyak PR untuk benar-benar meresapi arti sebuah kemerdekaan.
Perhatikan saja semua merk kendaraan bermotor, mobil, kamera dan perabot rumah tangga di tiap rumah penduduk, pasti tak lepas dari serangkaian merk ternama asal negeri Sakura tersebut. Tak bisa disangkal, independensi kita sebagai masyarakat yang swadaya, swakarya dan swasembada masih entah ada dimana. Ketika masyarakat disana dihantui ketepatan waktu dalam segala hal, masyarakat kita justru dibanjiri dengan "penundaan" yang bertubi-tubi. Sederhananya, lihat saja jadwal penerbangan di Indonesia yang acap kali memaksa penumpang untuk pasrah dan mengelus dada selama berjam-jam lantaran penundaan jadwal penerbangan, sementara disana setiap menit bahkan detik amat krusial.
Bukan sok atau mencaci bangsa sendiri. Tapi beginilah mental orang kalau sudah mencicipi kehidupan di negeri orang. Berdasarkan pengalaman menginjakkan kaki di negeri Conan Edogawa pertengahan Mei lalu, tak jarang terbersit komparasi dengan negeri sendiri dalam segala situasi. Even, kalau jujur, terkadang iri hati loh melihat Malaysia dengan tata kota dan sarana publik yang nyaman dan terjangkau. Mereka kan satu rumpun dan tetangga dekat kita? Kalau mereka bisa, kenapa kita tidak? Trus apa hubungannya sama Jak-Japan? Nah lo...
![]() |
So fat me, plus comotan foto pake kimono-nya Iqoy. hehehe nyolong ya nek ^^ |
Beberapa acara seru yang bisa dinikmati antara lain hello Kitty Show (buat yang berkeluarga dan punya anak tentunya), Festival tarian jepang lengkap dengan alat musik yang super meriah, dan Lomba Karaoke.
Lomba karaoke nya seru loh!!! Warga negara Jepang yang tinggal di Indonesia akan menyanyikan lagu berbahasa Indonesia, dan sebaliknya WNI yang ikut akan menyanyikan lagu Jepang. Bayangkan, seorang wanita paruh baya Jepang menyanyikan lagu Aku Bukan Bang Thoyib - Wali lengkap dengan goyangan dan cengkoknya dalam lidah Jepang... hohoho..seru!!!!
Disekitar panggung acara, banyak sekali tersebar tenant-tenant yang ga kalah menarik. Booth Tourism Jepang menawarkan beberapa Paket Perjalanan lengkap dengan tenant Garuda Indonesia disebelahnya. Jangan salah, meski Garuda Indonesia kalo pas promo, bisa loh dapet paket murmer berkunjung ke negeri Sakura.
Disisi lain, berderet tenant yang menawarkan berbagai aksesoris berbau anime Jepang seperti kaos, kalung, pin dan berbagai assesoris. Tenant yang menawarkan photosession pake kimono juga ga kalah rame dibanjiri pengunjung. Teriknya panas matahari Jakarta kontan membuat hampir semua tenant minuman dingin dijubeli pengunjung. Mulai dari ocha sampe teh botol standard Indonesia laris manis...
Untuk tenant makanan, takoyaki dan okonomiyaki menjadi incaran hampir setiap orang termasuk aku dan Abang. Hehehe, kalau kemarin kita sudah mencicipi Takoyaki di negeri asalnya, Osaka-Jepang, tak ada salahnya kita cicipin made in negeri sendiri. Sementara untuk Okonomiyaki, kami tak sempat mencicipi originalitasnya ketika berkunjung lantaran agak ragu dengan komposisi daging didalamnya lantaran referensi yang kita dapat merujuk bahwa okonomiyaki di Jepang memakai daging babi sebagai salah satu ingridient-nya. Ada sey yang pake Octopus, cuman ga ngerti cara nanya pake Bahasa Jepang nya hahahhah
Okonomiyaki sendiri berupa semacam martabak dengan lobak, mayonaise, plus octopus atau daging yang digoreng melebar. Mirip Bakwan (Jakarta) atau Ote-ote (Surabaya) ukuran besar dan pipih. Makanan ini acap kali ditawarkan di beberapa resto Jepang di Indonesia, salah satu yang pernah saya coba, buatan Takarajima-Sushi di kawasan Menteng. Kurang pas di lidah saya, dan tampaknya buatan tenant di festival ini bernasib sama.
Tak lama, menjelang maghrib kami memutuskan hengkang dari Monas setelah menyempatkan diri mencicipi Green Tea Ice Cream di salah satu tenant. Berharap menepis kerinduan kami akan Kyoto dengan segala Green Tea productnya, Ice cream ini sukses membuat bibir kami hijau dalam arti sebenarnya. Gila...banyak banget pewarnanya!!!
Sayonara...
No comments:
Post a Comment